Monday, August 1, 2011

Kedewasaan di Kota Bertuah

Oleh Yofika Pratiwi


Profil Rosmila Rosalinda Latuconsina (Anggota Legislatif Komisi C DPRD Povinsi Riau
Periode (1992-1997))

”Di Riau lah saya dewasa,” ujar Rosmila perempuan asli Ambon ini. Di usia yang telah cukup matang ia mencapai dan melakukan yang terbaik untuk Riau.


Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Sebuah peribahasa yang diterapkan dan merupakan gambaran diri nenek empat cucu ini. Lahir di Ambon dan berpindah-pindah tempat tinggal karena mengikuti penugasan sang suami yang seorang TNI. Di setiap tempat yang ia singgahi, Rosmila layaknya masyarakat tempatan yang ia tuju.

Tahun 1985 ia menginjakkan kaki pertama kali di Riau. Mengikuti suami bertugas ia tak hanya berdiam diri di rumah. Beragam aktifitas sosial dan organisasi ia ikuti. Mulai dari DharmaWanita, Dharma Pertiwi, IKKA, Persit Kartika Chandra, bahkan si pekanbaru ia juga aktif sebagai Wakil Ketua BKOW selama dua periode.
Jiwa sosial mengalir dalam darahnya.

Di BKOW ia bersama seluruh anggota BKOW melaksanakan operasi celah bibir (sumbing), operasi katarak, khitanan masal, nikah massal, bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung. ” Dana kami kumpulkan bersama dan dari donatur yang mau menyumbang,” kenangnya. Tak hanya di BKOW ia berkiprah sosial. Sebagai istri Kadis Sospol ia juga mendirikan koperasi, kantin, hadrah di dinas Sospol.

Keaktifannya memasak, merangkai bunga, menata meja, diberbagai tempat dan acara dilirik oleh Radjiah Rahim yang merupakan Anggota DPRD Riau kala itu. saat akan berkampanye untuk pemilihan kembali Radjiah, ia pun mengajak Rosmila untuk membantunya. Dengan bekal ketereampilan memasak mereka demo memasak di depan ibu-ibu di seluruh kabupaten/kota di Riau. Keahliannya itu membuat ibu tiga orang anak ini dikenal luas.

Saat pemilihan anggota DPRD Prov. Riau ia pun di calonkan Golkar utusan Ikatan Kesejahteraan Keluarga Abri. Akhirnya ia duduk di Komisi C. Ini bukan kali pertama ia menjadi anggota legislatif. Tahun 1982-1987 istri H. Salam Herwanto, MBA menjadi anggota DPRD Kodya Sabang, Aceh.

Menjadi anggota legislatif bagi Rosmila berkewajiban melaksanakan amanat rakyat. Sifat yang tegas membuatnya tak segan untuk membantu masyarakat.

Turun kelapangan adalah hal wajib yang ia lakukan. Kala itu menteri kehutanan datang ke Riau. ”Kata menteri kehutanan hutan Riau masih bagus,”ujarnya. Untuk membuktikannya ia bersama rekan yang lain turun ke hutan. Akses masuk hanya bisa dilalui dengan chinsaw, seorang diri perempuan di hutan tak membuatnya gentar masuk hutan. ”Ternyata hutan botak, pengusaha membuat jalan jelek supaya kita tidak bisa masuk,” kenangnya.

Tak hanya hutan, perairan pun di kunjunginya. Saat melakukan kunjungan ke Batam bersama rekannya di DPRD, ia melihat tiga orang anak gadis menangis. Saat ia temui ternyata mereka korban traficcking asal Medan. ”Mereka dijadikan PSK, kita pulangkan lalu kita kembali ke Batam membuktikan ucapan mereka,” ujarnya.

Berbekal kartu nama ia dan temannya kembali ke Batam. Memasuki bar yang disebutkan korban traficking itu, tak jauh beda dengan bar lainnya, hanya menjual minuman. Namun di bantu anggota TNI, di lantai dua bar itu dijadikan tempat prostitusi. ”Akhirnya bar itu ditutup,” kenangnya. Dan masih banyak hal lain yang dilakukannya selama duduk di legislatif.

Konsisten Untuk Masyarakat

Kepeduliannya pada masyarakat khususnya dalam membina kaum hawa dikarenakan prihatin melihat banyak kaum ibu yang tak bisa membaca. ”Ada seorang istri mendapatkan surat cinta dari pacar suaminya tapi ia tak bisa membacanya,” ujarnya. Iba akan hal itu ia akhirnya mengajar membaca ibu-ibu Dharma Pertiwi di Sabang.

Setelah suami pensiun, ia kembali ke kota kelahiran suaminya di Magetan. Kepedulian terhadap masyarakat tak pernah berhenti di dalam dirinya. Kehidupan masyarakat Magetan yang masih menganut tradisi kewajen pelan-pelan ia ubah. ” Saya seperti jihad disini, membuka masyarakat, mengubah tradisi kejawen, agamanya rendah sekali,”ujarnya. Bersama suami ia mendirikan mushola, membuat pengajian setiap pagi, dan mengajarkan sholat lima waktu.

Meskipun sibuk membina masyarakat, ia tak pernah meningggalkan hobbinya berkeun. Rumahnya yang begitu asri ditanami aneka pohon buah, obat-obatan, bunga. Tak hanya itu ia juga memelihara ikan gurami, nila, burung perkutut, dan burung walet yang datang sendiri kerumahnya. Tak tangung-tanggung karena kebersihan dan kepeduliannya pada lingkungan sekitarnya, rumahnya berhasil meraih juara I Rumah Sehat tingkat, Kecamatan, Kabupaten, dan Nasional tahun 2003 lalu.

Kepedulian terhadap masyarakat, lingkungan tetap ia jalankan di hari tuanya. Yang ia inginkan kini membagi semua ilmunya kepada masyarakat dan membawa semua anaknya ke tanah suci. Semoga...

No comments:

Post a Comment