Monday, August 1, 2011

Bisa Kalau Mau

Oleh Yofika Pratiwi

Profil Yulwiryati (Kepala RSUD Arifin Ahmad Prov Riau)

Sebagai Kepala Laboratorium Kesehatan , Yulwiriati (37 tahun) berhasil membuktikan bahwa wanita muda pun bisa berprestasi yang biasa didominasi kaum tua dan para dokter. Bahkan ia berhasil meng-ISO-kan Labkes. Dengan bermodalkan kemauan keras, dan ikhlas ia merintisnya hingga turun ke ”bawah”.


Tujuh belas tahun bekiprah di dunia kesehatan khususnya farmasi semakin menumbuhkan kecintaannya pada bidang yang fungsinya sebagai pelayanan masyarakat. Hal ini merupakan cita-citanya sejak dahulu. ”Saya memang tertarik di bidang kesehatan, ingin menyentuh (melayani) masyarakat terutama yang kurang mampu. Kita bisa membantu orang gitu” ungkapnya. Kini cita-citanya telah terwujud untuk membantu masyarakat di bidang kesehatan.

Diakui Yulwiriati, faktor pendidikan sang ayah yang telah berpendidikan tinggi mempengaruhinya untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. ”Orang dulu belum banyak yang kuliah di Jogja tapi ayah saya bisa. Jadi kata mamak saya minimal saya tamat SPG,” cerita perempuan kelahiran Rengat 21 Juli 1965 ini. Meskipun sang Ayah bekerja sebagai Kepala Dinas Perindustrian, ia bersama delapan saudaranya dididik dengan disiplin dan hidup yang sangat sederhana membuatnya ”tak bermain-main” selama bersekolah.

Meskipun hidup dengan kesederhanaan ia tetap berprestasi. Selama bersekolah baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, yang semuanya di laluinya di Bumi Lancang Kuning ia selalu mendapat peringkat sepuluh besar di sekolahnya. Setelah lulus sekolah seperti harapan orangtuanya yang menginginkan ia bersekolah setinggi mungkin, ia mengikuti ujian Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru). Ia lulus di S1 Farmasi Unand. Kondisi keluarga yang merupakan keluarga besar membuatnya harus segera menamatkan kuliah. ”Saya anak nomor empat, jadi kalau bapak udah pensiun kalian yang nih nyekolahkan adik,” renungnya. Akhirnya ia lulus kuliah dengan predikat terbaik.

Begitu lulus kuliah ia diterima bekerja di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Riau sebagai staff biasa. Dan pada saat bersamaan sang ayah pensiun dari pekerjaannya. Karena Moesa Lomah sang ayah pensiun setelah ia lulus kuliah, maka ia harus membiayai kuliah adiknya yang lain. Namun meskipun ia telah bekerja setelah lulus kuliah dan bisa membiayai adik-adiknya ada hal yang mengganjal dihatinya. ”Saya dulu pertama masuk kantor sedih ya, pelayanan kesehatan tapi jorok, kotor, orangnya kerjanya ya asal-asalan gitu,” kenang istri dari DR.H.Hilwan Yudha Teruna M.Si, Apt ini. Ia ingin mengubah hal itu andaikan ia bisa menjadi kepala Labkes tersebut.

Memberi Pelayanan Terbaik Melalui ISO-17025

Di tahun 2002 akhir, sepulang dari Australia menemani sang suami yang
sedang melanjutkan pendidikan Doktoralnya, wanita berjilbab ini diangkat menjadi kepala Labkes tempat ia bekerja. ”Saya diangkat jadi kepala tak melalui jenjang, melalui kepala seksi dulu baru ke kepala. Saya langsung. Dan itu tantangan bagi saya kemarin,” ujar perempuan asal Riau ini.

Mengubah Labkes yang berada di posisi terbuncit di negara ini yakni di nomor 27 diantara seluruh provinsi di Indonesia memang sulit baginya. Hal ini dikarenakan dirinya yang masih dianggap sebagai anak kecil, karena biasanya yang menjadi kepala Labkes seorang dokter yang senior. Namun hal itulah yang memajunya untuk maju. ”Satu hal lagi yang membuat saya sedih aja kalau dikatakan ah Riau payah, pelayanan pemerintah sama masyarakat jelek. Itu saya terpacu,”ujarnya. Itulah yang membuatnya ingin memberikan hal terbaik bagi masyarakat.

Untuk mengubah iotu semua ia melakukan perubahan internal maupun eksternal di dalam Balai kesehatan itu. Hal pertama yang ia ubah dibidang internal. Ia menanamkan etika moral bagi pegawai untuk selalu memberikan pelayanan pemerintah terbaik untuk masyarakat. ” Lab-lab swastakan mahal toh kalau pelayanan baik kan kita juga masyarakat yang menikmatinya,” ujar Yulwiriati.

Misi keduanya adalah mendisiplinkan pegawai dengan memberikan mereka contoh disiplin. ” Masalah disiplin saya tegas, orang masuk setengah delapan, saya setengah lapan kurang sudah dateng. Pegawai pulang setengah tiga, saya belum pulang,” ingatnya. Yang terakhir ia mengubah Labkes, yang begitu kotor menjdai bersih dengan melakukan renovasi dan mengajarkan pegawainya untuk selalu beramah tamah kepada setiap masyarakat yang datang.

Tak hanya itu saja yang dilakukan wanita murah senyum ini. Ia juga meng-ISO-kan Labkes sehingga diakui standar internasional. Tak tanggung-tanggung langsung ISO 17025 yaitu standar internasional dari sisi manajemen dan produk Labkes semuanya harus berstandar internasional. ” Memang sulit, kita harus membuat prosedur-prosedur kerja, nah orang kita ini tidak terbiasa tuk menulis yang dikerjakan.

Semua alat dan cara kerjanya harus berstandar internasional. Dan terakhir yang tersulit semua pegawai harus punya kompetensi sesuai bidangnya, nah dibuktikan dengan sertifikat,” jelasnya. Selain itu semuanya membutuhkan biaya yang besar ungkapnya.

Semua ini berhasil ia wujudkan setelah lima tahun menjabat Kepala Labkes dengan melakukan perombakan yang cukup drastis.” Semuanya sebetulnya bisa dilakukan kalau ada kemauan, dan kita memberikan contoh,” itulah prinsipnya. Hal ini dilakukannnya demi mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat.

Kini Labkes Provinsi Riau telah melesat keatas menduduki peringkat keempat terbaik diantara seluruh Labkes yang ada di Indonesia. Sebuah nilai prima yang dihasilkan dengan merubah mindset para karyawannya.
Selain itu andil sang suami yang selalu mendukungnya tetap menjadi sebuah semangat untuk melakukan hal yang terbaik.

Selalu Memotivasi Karyawan

Kesuksesan Yulwiriati Moesa memimpin Labkes tak lepas dari kerjasama para pegawai. Pola kepemimpinan yang ia terapkan, membuat seluruh karyawan bahu-membahu meningkatkan kualitas Labkes dalam melayani masyarakat dari berbagai golongan. Selain ISO 17025 sebelumnya ia juga memperoleh anugrah yakni Merubah Pelayanan Pemerintah dibidang Lab yang kurang baik menjadi yang memiliki Service Exellent dari Gubernur Riau tahun 2006.

Baginya sebagai pimpinan tak boleh kerja sendri. Harus bekerjasama membangun visi bersama ”Ada saatnya kita jadi teman, sebagai orang tua, pimpinan, dan ada saatnya jaga wibawa dan kadang-kadang kita turun sama mereka,” itulah prinsip perempuan yang hobi travelling ini. Berkat keberhasilannya memimpin Labkes Provinsi Riau berhasil sebagai calon penerima Piala Penghargaan Citra Pelayanan Prima oleh Presiden Republik Indonesia.

Baginya ini merupakan perjuangan tanpa lelah yang berfikir masalah kantor saya duapuluh empat jam. Baginya semua harus dilakukan dengan ikhlas. ”Sebenarnya berat tapi kalau kita ikhlas,” ujar Ketua Ika PPS Ilmu Lingkungan Unri 2007 ini.

Terus Berkarya
Ditanya seputar kunci suksesnya berkarier, Yulwiriati beranggapan bahwa didalam hidup harus selalu memberikan yang terbaik bagi orang lain. ” Berbuat baik pada orang lain tanpa diminta akan selalu mendapat balasan dari Allah, ” ucap wanita berzodiak Leo ini.

Seolah haus akan ilmu, meskipun telah ahli dibidang farmasi ia masih tetap melanjutkan jenjang pendidikannya dibidang yang lain. Ia telah lulus sebagai mahasiswa PPS Ilmu Lingkungan Unri. Karena baginya lingkungan sangat berkaitan dengan kesehatan. ” Lingkungan sehat, sangat mempengaruhi terhadap derajat kesehatan orang ,”ujar wanita itu memilih jurusan yang tengah ia dalami.

Tak hanya sampai di jenjang S2, ia kini tengah mengambil Doktoralnya di Management Lingkungan Unri. Sembari menekuni segudang aktifitasnya ia tetap mengikuti berbagai pelatihan ke luar negeri setiap tahunnya. Hal itulah yang membuatnya telah mengelilingi seluruh negara diberbagai benua. ”Amerika, Australia, Eropa, Asia udah hampir seluruhnya di jalani . Tinggal Afrika lagi, cita cita berkeliling dunia karena pendidikan adalah pesan ayah saya,” ujar perempuan yang menggeluti olahraga yoga ini.

Selain itu karier perempuan peraih Satya Lencana Karya Satya X tahun 2007 ini terus meningkat. Kini ia telah menjabat Eselon II b dan menjabat sebagai Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru pada Agustus 2008 lalu. Kini ia mengharapkan agar RS yang ia pimpin memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat.

”Saya ingin anak bangsa ingin memberikan yang terbaik. Saya ingin pegawai rumah sakit ramah-ramah, RS-nya tidak jorok, memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat, karena good governance kita bukan birokrat lagi. Tugas kita memberikan pelayanan prima pada masyarakat,” harapnya. Dengan percaya diri dan selalu berdoa wanita ini telah mempersiapkan diri mengemban tanggung jawab tersebut.

No comments:

Post a Comment