Thursday, June 21, 2018

Dia Hadir (Pregnancy Announcement)



"Sampai di Pekanbaru 01 Mei aku test ternyata positif, dan cusss ke Suryo di USG sudah terlihat kantong kehamilan kecil"

Tiga hari kemudian.
Testpack pertama positif, kedua positif, ketiga positif dan keempat positif. Shock lalu nangis, Ay keluar dari kamar mandi. “Kenapa Cha?”. Kehamilan kedua, anak pertama istilah perawat di klinik Obgyn langgananku. 

Banyak yang selalu bertanya “Kapan hamil, program, santai banget?”. Ada lagi yang lebih lucu lagi “Kalian ga pengen punya anak ya, pacaran terus. Kerja terus kapan punya anaknya?” Pertanyaan yang suka berkomentar urusan pribadi oranglain. Terkadang komen seperti lebih ahli dari dokter Obgyn. Aku sih cuek.
Namun pertanyaan begini terkadang menyakiti beberapa perempuan yang sensitif. Aku melihat dari beberapa teman yang belum memiliki momongan mengeluh di media sosial. Terkadang yang memberi masukan atau apalah namanya orang yang tidak kita anggap penting. Kawan-kawan mungkin kalau tak nyaman bisa langsung bilang “IT’S NOT YOUR BUSSINESS!!!”
Beberapa pasangan mungkin tersinggung dengan pertanyaan begitu, kami tepatnya aku sebenarnya tidak terlalu peduli. “Kami bahagia berdua, jika ditambah dengan seorang baby kami juga pasti bahagia. Karena dalam segala hal, aku selalu memiliki rencana begitupula dalam hidup berumahtangga. Dan Tuhan yang memberi restu. Dan Alhamdulillah punya keluarga yang tidak rese, mertua aman aja, Papa n Mama memberi masukan dan tidak ada desakan.
Sebelum menikah kami pacaran cukup lama hampir 9 tahun. Sebelum menikah aku sudah memberitahukan riwayat kesehatan dan orangtua. Kami membahas segala kemungkinan terburuk dalam rumahtangga termasuk “Gimana kalau aku tak bisa memberi anak?”. Semua itu kami bahas sebelum menikah, dan aku juga periksa kesehatan bahwa semua dalam kondisi normal.
Dua tahun diawal pernikahan kami sepakat untuk tidak memiliki momongan. Ya pasti mendapat pertentangan dengan banyak orang. Tapi itulah rencana kami, tepatnya aku. Aku merasa belum siap memiliki seorang anak kala itu sangat sibuk dengan urusan kuliah dan kerja. Dan hal ini kuberitahukan ke keluargaku, namun untuk urusan ke Mertua aku serahkan kepada suami untuk menghandlenya. Dan memang mereka tka pernah mengganggu kami dalam bentuk apapun. Mertua sangat support. Kebetulan aku bukan perempuan yang biasa, curhat ke Ibu dan Mertua. Segala sesuatu kami obrolkan berdua. 
Dua tahun berlalu, kami mencoba memulai program baby, tepatnya tahun 2016 Mei, dan dua bulan berikutnya aku hamil di bulan Juli namun keguguran karena terlalu stress sebulan pasca meninggalnya ibuku.
Tahun 2017 menjadi tahun yang semakin banyak pertanyaan bagi beberapa kalangan. Termasuk keluarga inti, Papa mulai memberikan resep Cina. Ya ampun ini kali pertama dan terakhir aku mencoba obat tradisional. Pahitnya minta ampun sampai muntah muntah. Tapi karena orangtua minta aku tak bisa menolak.
Kerja kerja kerja
Ini bukan jargon Pak Jokowi, hihihi. Tapi inilah yang menurut sebagian orang kami fokuskan, bertumpuknya pekerjaan sehingga kami hampir tak pernah bertemu di rumah. Seminggu hanya sekitar dua sampai tiga hari Ay di rumah atau aku yang terbang.
“Kapan ketemu coba?” kata sebagian orang.
Mungkin ada benarnya, tapi kok kenapa ya aku selalu berfikir rezeki anak itu Tuhan yang atur. Tuhan akan kasih kapan Dia mau kasih, ya tetap kita usaha juga. Tapi kalau Tuhan belum kasih mau gulat tiga kali sehari juga ya tetap belum dapat anak juga, hahaha.
Kalau dulu berfikiran ga mau punya suami Polisi, ogah ditinggal pergi tugas kayak Mak ku eh malah tambah parah yang dapatnya, jam terbang suami parah abis. Dia bisa terbang seminggu tiga sampai empat kali, weekend juga kadang dibabat abis. Kalau aku paling seminggu dua atau tiga hari di luar kota, yang parah kalau pas dia datang aku pergi.  
Dokter
Yang namanya dokter itu ya menurutku cocok-cocokan. Pertama kali aku ke Dokter Suryo tuk program dan berhasil, namun saat keguguran aku pindah Dokter atas saran beberapa kawan. Namun aku merasa tidak dapat feel di dokter satunya. Sempat program tiga kali pertemuan tahun 2017, setelahnya kuhentikan.
Kita stop dulu aku mau fokus siapkan Tesis aja, nantilah program hamil, aku bilang ke suami. Akupun fokus Tesis yang sudah lama tak dikerjakan, akhirnya selesai bulan September 2017. Masa bodoh sampai Februari 2018 hahaha.
Lalu kami kembali ke Dokter Suryo Buwono Maret 2018. Aku merasa ini sudah waktunya memiliki baby yang lucu. Kuliah S2 selesai, kerja istirahat sebentar setelah kerja keras tiga tahun belakangan.
Sebelum menikah aku sudah pernah ke Obgyn dan kondisi kandungan tidak memiliki masalah. Di Dokter A.. hasil pemeriksaan ini itu “semua sangat bagus cuma anda belum beruntung.” Itu katanya. Dokter Suryo dia mengatakan yang sama, semua dalam kondisi baik. Dokter Suryo termasuk yang agak cerewet dan suka bikin kuping panas. Tapi begitulah harusnya seorang dokter. Dia memberikan obat dan herbal ampun banyak memang. Saat Maret kami ke Suryo aku disuruh akupuntur, agar peredaran darah dan lebih kurus menyambut kehamilan.
Aku juga memang sedang diet metode ala Hughes, dan Dr Phyu dokter akupunturku menyetujui program diet itu. Sudah sampai pertemuan ke 6, dua kali seminggu akupuntur. Tak terlalu sakit setelahnya rada biru. Kami belum memulai program hamil karena aku sedang akupuntur.

Best Birthday’s present ever


Akhir April aku ada tugas ke Padang sekaligus liburan bareng anak magang, perpisahan. Seharusnya jadwal datang bulan, aku mendapatkan flek, beli pembalut tapi kok g ada yang keluar. Aku mulai curiga. Akhirnya bergerak seadanya selama liburan. Sampai di Pekanbaru 01 Mei aku test ternyata positif, dan cusss ke Suryo di USG sudah terlihat kantong kehamilan kecil.
Kami Cuma diam terpesona, bingung nanya apa..

NB: Jika banyak yang meminta aku akan membuat sesi program kehamilan.