Wednesday, September 7, 2016

Mereka pergi: Mom and Baby

"Ma ikut,"pintaku mengejar balon terbang yang meninggi menuju matahari. Mama hanya  tersenyum. Aku terbangun. 
Mama mau dibawa kembali ke Penang tuk berobat. Kali ini harus dipasang selang dari saminh untuk memperbaiki kandung kemihnya. 
"Ika, Mamak ga mau berobat disini (Indonesia)." Itulah pintanya. 6tahun berobat belakangan Ia nyaman jika berobat di Penang. Mutar otak mencari amunisi. 
Mama sudah banyak mengeluarkan uang berobat. Yang pasti sebulan minimal sejuta. Belum lagi dulu, saat di rumah sakit sminggu 10juta. Kami disana selama 3tahun, bayangkan semua tabungan terkuras habis. Itu sudah pakai asuransi. Ke Penang minimal 40jt belum termasuk ongkos dan makan, karena mama bukan sakit tetekbengek. Maksudku sakit gampang yang sekedar suntik sembuh. Cancer cerviks dan ini sudah kali ketiga ia menyerang. 
Akhirnya Papa dan Mama berangkat, aku menyusul tapi ternyata pesawat langsung Pekanbaru-Penang tak ada. Jadilah mereka berdua saja. Pengobatan berjalan lancar. 
"Ika tanggal 19kita ke Penang, kali ini kita berdua aja ya, ko belikkan dulu jaket agak tebal, termos kecil dan tas agak besar yang bisa masuk bagasi," isi telpon Mama. 
"Ia mak, sehatlah Mamak pigi kita ya, aku cuti. Ada kok kemaren jaket waktu aku ke Ausie tas semua ada ga usah mamak pikirkan hal kecil kecil, semua Mamak pikirkan,"pesanku.
Ia pun tenang, ia bercerita kebiasaan baru yang suka makan roti gandum dan milo. Panjang betul ceritanya dan banyak lagi pesannya yang tak bisa kusampaikan di tulisan kali ini. 
Pagi subuh aku sudah siap siap akan berangkat ke Rengat, memantau perkara. Tiba tiba Papa menelepon dan menyuruh pulang. Tak pernah Papa menyuruh pulang, biasanya kalau sakit sikit saja pasti mama udah meremgek menyuruh aku pulang. 
Tapi aku belum ngeh, banyak lagi telepon dari yang lain. Ada apa ini, akupun sadar seminggu aku tak bisa tidur, sesak, badan sakit. Belum lagi mimpiku. 
Langsung aku telepon Papa kembali, rencana kerja kami batalkan dan langsung nyari tiket pesawat. Tuhan memang baik, satu bulan sebelumnya aku cari tiket semua full. Tai kali ini ada dua seat, padahal seminggu lagi lebaran.
Aku sudah tak sadar hanya menangis di Pesawat dan Kualanamu-Siantar.
Sampai di rumah sakit Horas Insani Siantar, aku melihat mama terbaring. Matanya tertutup, saat aku datang nafasnya sesak. Ia tak lagi bicara. Tuhan aku hanya bosa berdoa.
Bou Inon menenangkanku, dia memang selalu ada dan jadi sahabat terbaik mama. Ia adalah kakak Papa. 
Semua sudah membaca alquran buat mama. 
28 Juni 2016 waktu berjalan lambat. Aku menjalankan pesan Mama. Jangan bawa ke ICU, doakan Mama jangan tinggalkan sedikitpun disamping Mama. 
Semua berujar ikhlaskan ka!. Tahu gimana sakitnya yang Mama rasa dan lamanya ia berjuang. Semua menunggu keluarga Mama. 
Pukul 00:30 semua keluarga berkumpul dan meminta maaf kepada mama. Ia terbangun dan melihat kami semua. Lalu koma kembali. 
Semua keluarga berusaha ikhlas tapi sepertinya berat sekali Mama pergi. Ada apa ini? Semua bertanya. Keluarga tidur bergantian. Ruang VIP 9penuh luar dan dalam. Ayat suci al quran tak henti bersahutan. 
Akhirnya jelang subuh Papa memanggil ustadz atas saran keluarga. Ustadz mendoakan Mama jika ingin sehat sehatlah jika akan pergi maka pergilah dengan tenang ujar ustadz. 
Namun tak ada reaksi dari Mama, dokter kembali memeriksa. Akupun sholat Subuh. 
Usai subuh kusebutkan disamping Mama "Ma aku tahu apa yang Mamak risaukan. Pesan mamak pasti kulaksanakan, jaga si Yoga dan Doni kan. Aku anak perempuan satu aku kakak orang itu,"ujarku. 
Tiba tiba Mama membuka mata, tanganku yang menggenggam erat jarinya semakin ia pegang erat. Dilihatnya wajahku, ia berkedip kedip. "Ia Mak aku jaga orang itu," jawabku. Kembali ia memutar pandangan ke arah Papa. Melakukan hal yang sama dua kali kepadaku dan dua kali ke Papa. Iapun mengarah pandangan ketengah dan aku membisikkan sahadat begitu pula semua yang ada di ruangan. 7kakak dan adik Mama beserta keluarga dekat lainnya. Mama menghembuskan nafas terakhir 05:59-29Juni16-22-02-1957. 59 tahun. 
Tak ada airmata aku tal boleh menangis saat membimbingnya pergi, setelahnya akupun terkulai lemas ke lantai. 

Kehilangan kedua
Kami adalah pasangan yang tak pernah mau dengar kata orang. Semua kami rencanalan tanpa peduli pertanyaan oranglain. 
Kali ini kami kami merasa sudah siap punya baby. Yah yuk kita mulai. 
Pergi ke dokter dan diperiksa, "Ibu kandungannya sehat sekali, tapi ini bapak apain nikah 2 tahun kok naik30kg," canda dokter.
Aku memang super cuek tiba tiba lihat kalender period loh kok belum haid ya. Ah biasa kali ya.
6hari telat aku un coba tespek. Garis dua samar. Wah hamil ga ya tapi emang rada lain sih kondisi badan. Udah lah biarin aja lihat nanti. 
Ternyata di tes beberapa kali tetap garis dua dan samar. Senang donk tapi masih tetap kurang yakin. Memastikan ke dokter dan ia mengatakan ia benar tandanya.
Beberapa hari berselang, Ntah kenapa feeling ga enak. Ay emang bang toyib kan jarang pulang. "Biasa aku tak kesah ia pergi. Kali ini aku larang. 
"Diminta mentri cha narsum," katanya. Ya sudahlah aku terserah saja. 
Belakangan memang pikiran masih suka kalut maklum masih 2 bulan mama pergi. Aku masih keteteran ngurusin segala sesuatu rumah Siantar. Apalagi jadi kas dua rumah tangga. Belum lagi masih suka nangis malam kalau sendiri. Dibawa sholat dibawa ngaji juga nangisnya makin jadi. Aku memang dekat sekali ama Mamak maklum di rumah cuma kami berdua bidadarinya yang lain cowok semua. Jadilah ia teman kelahi, menangis, curhat tak berhenti. Bukan aku yang curhat tapi Mama😄. Aku memang lebih suka cerita ke diary.
Jadilah Senin(05/09) perut rada aneh, selangkangan rasanya panas banget. Aku bawa santai, pulang kerumah naik taksi karena ga boleh bawa kendaraan. Aku lemas.
Malam mulai ada darah menetes, aku bedrest aja. Hati makin ga karuan. Bawa tidur dan subuh bangun. 
Keluarlah si baby dalam bentuk yang ga usah disebutin ya. Aku yakin dia sudah ga ada, tapi Kak Dini suruh memastikan ke dokter biar kelihatan bersihnya kandungan. Aku hanya nangis seharian di rumah. Suami masih di Jakarta. Krang kring krong telpon ga ada yang aku angkat. Shock melihatnya keluar. 
Subuh landing  aku dilarikan Ay ke RS Awalbross ama
"Ya ibu dia sudah ga ada, semua jaringannya sudah keluar,"ujar dokter. Keguguran banyak faktornya, ini sudah hebat baru program langsung jadi. Yah mungkin dokter menenangkan aku yang menahan linangan airmata. Ia menyarankan agar diperiksa dua minggu kedepan memastikan kandungan bersih. 

Usia 30 means kehilangan dua orang yang dicintai dalam jarak dua bulan. 
Ya harus kuat life must go on.