Oleh Yofika Pratiwi
Profil Dr Nurhayati M.Sc
PEREMPUAN yang selalu tersenyum ini tampak begitu sederhana. Dengan balutan busana kerja siapa sangka dibalik senyum ramahnya ia menyimpan kecerdasan. Tanpa harus menjadi seorang kutu buku, hanya dnegan belajar saat akan ujian ia memperoleh prestasi akademik yang luar biasa.
Dosen dibidang kimia ini kurang menyukai pelajaran hapalan, dan ia menyukai pelajaran di bidang ilmu pengetahuan alam sejak ia kecil. Bagi Nurhayati perempuan kelahiran Tembilahan 16 Desember 1964 ini hanya dengan mendengarkan guru memberikan teori, pelajaran ilmu pengetahuan alam langsung bisa ia kuasai. Awalnya ia tak pernah bercita-cita menjadi seorang dosen. Profesi itu bukan merupakan cita-citanya sedari kecil.
Mewujudkan Cita-Cita
Sejak kecil hingga dewasa ia lalui di Tembilahan. Sekolah Dasar di SDN 01 Tembiolahan i alalui sama seperti pelajar lainnya. Hanya ia selalu meraih juara kelas bahkan di kelas enam meraih gelar sebagai Pelajar Teladan. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 dan SMAN 1Tembilahan. Ia pun tetap meraih juara kelas. Baginya prestasi itu merupakan hal yang biasa tanpa harus begitu belajar keras.” Ga pernah belajar Tuhan beri kemampuan, saya jarang belajar, pas ujian saja,” jelasnya.
Lulus SMA tahun 1983 ia ingin mewujudkan cita-citanya. Karena sekolahnya mendapat hukuman karena tidak mngikuti PBUD yang telah dimenangkan, maka dengan rasa kecewa ia mencoba peruntungan ke Jakarta. . ”Karena ada yang ga ambil PBUD tahun lalunya, lalu saya pergi ke UI untuk tes,” ujarnya. Dengan niat tulus ia ingin mewujudkan cita-citanya sebgai dokter dengan mengikuti tes di Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran di Fakultas kedokteran. Namun saya ia tak beruntung.
”Akhirnya karena ga ada kedokteran di Unri, daripada ga kuliah lebih baik saya kembali ke Pekanbaru,” pesan ibu dari tiga anak ini. Ia pun memutuskan mengambil jurusan kimia di FMIPA, dikarenakan ia merasa jurusan itu mendekati dengan cita-citanya sebagai dokter. Selain itu karena keingintahuannya terhadap reaksi berbagai benda akhirnya ia memutuskan meimilih jurusan kimia.
Meski tak sesuai dengan cita-citanya sedari kecil, ia tetap menyukainya. Karena kecerdasannya pula ia diikutkan dalam berbagai penelitian ilmiah oleh para seniornya. Prestasi akademik yang sering memperoleh niali sempurna membuatnya di kenal dan banyak mendapat piagam. Karena itu perempuan asli Banjar ini juga ditetapkan sebagai Mahasiswa Teladan FMIPA di tahun 1989. ” Pemilihan mahasiswa teladan itu , siapa yang banyak memperoleh piagam penghargaan dan prestasi akademik baik. Saya yang dipilih menjadi Mahasiswa Teladan,” kenangnya.
Menentukan Pilihan dan Terus Belajar
Melihat Prestasi istri dari Syamsuhuda ini, para dosen menawarkannya menjadi pengajar di almamaternya tersebut bahkan ketika ia masih berkuliah. ”Semester 5 ada beasiswa ikatan dinas, maka setelah lulus otomatis jadi dosen. Saya ga ada minat jadi dosen,” ujarnya. Ia menolak tawaran itu dan melajutkan berkuliah.
Namun setelah wisuda dan melihat pengalaman saudaranya yang sulit mencari pekerjaan, akhirnya ia mau menjadi dosen. ”Pengalaman sudara susah cari kerja, akhirnya ketemu Pak Dekan yah udah disini saja. Ternyata enak juga jadi dosen,” terang ibu dari tiga orang putra ini. Selain itu menurut Nurhayati dosen sangat cocok untuk perempuan, karena setelah mengajar bisa bekerja di rumah, dan waktunya lebih fleksibel. Dan di tahun 1991 ia resmi sebagai dosen di jurusan Kimia FMIPA Unri.
Setelah diterima sebagai dosen ia pun bekerja sebagai asisten dan di bagian laboratorium. Di tahun pertamanya ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar bahasa inggris di karenakan akan melanjutkan program pascasarjananya di Amerika. Ia pun mengikuti pelatihan bahasa inggris di Palembang dan Bandung tahun 1992.
Tahun 1993 ia melanjutkan pendidikannya di Pittcburg Kansas USA. Sampai disana ia sempat merasa kesulitan karena kondisi alam yang berbeda. ”di sini kondisi tropis dan hangat, disana dingin hidung saya keluar darah ga berhenti, kepala sering sakit,”keluhnya. Namun semua itu bisa ia atas dan berhasil menyelesaikan S2 selama dua tahun.
Tahun 1995 ia kembali ke Indonesia dan mengajar kembali. Namun di thaun 1998 ia kembali melanjutkan studi Doktoralnya. Bersama dengan sang suami yang juga merupakan dosen Matematika FMIPA Unri mereka berjuang di Universitas yang sama. ”Suami saya pergi duluan ke Inggris, baru saya nyusul membawa anak umur dua tahun,”kenangnya.
Baginya bukanlah suatu halangan saat belajar ia harus mengurus anak dan suaminya. Semua dilakukannya dengan sabar. ”Jam 7 pagi pergi kekampus sampai jam 5 sore anak dititipkan di penitipan,” ujar nya. Bahkan sering ia dan snag suami mengerjakan tugas bersama-sama.
Baginya hal yang terberat saat menjalani kuliah di Manchester UK adalah di saat akan menyusun disertasi, dikarenakan ia harus melakukan penelitian. ”Saat mau mnyelesaikan penelitian, Sampai tahun pertama penelitian ga dapat hasil, enam bulan ga ketemu pembibmbing karena ga berhasil. Beban kalau ga selesai, beasiswa, keluarga,”ujarnya.
Tak hanya itu beban yang ia hadapi. Saat berkuliah di Inggris ia juga harus melewati perkuliahan dalam keadaan hamil. Buah hati kedua dan ketiganya A.Muzhirullhaq dan Irsyadul Basyar Syam lahir saat ia tengah berkuliah dan mengerjakan disertasi. "Pembimbing ga tau saya hamil, saya ga pernah mengeluh. Waktu hamilnya kapan kok sudah melahirkan kata pembibmbing saya. Dua anak lahir disana,”ujarnya seraya tertawa.
Kelegaan begitu ia rasakan saat berhasil melewati ujian akhir desertasinya. ”Pengujinya satu orang dari London universitas lain. Sementara pembimbing ga ikut menguji kita, hanya diam saja. Alhamdulillah selesai,”ujar nya mengenang.
Terus Menjalankan Amanah
Tahun 2004 ia kembali ke Unri dan kembali mellakukan aktivitas rutinnya. Di tahun 2005-2007 ia dipercaya menjadi kepala Lab Kimia Fifik FMIPA. Tahun 2007 lalu ia diangkat menjadi kepala UPT Perpustakaan Unri. Baginya kini ia akan bekerja sesuai amanah yang dibebankan padanya. Kini ia berkomitmen untuk mengembangkan perpustakaan. ”Kita perjuanggkan dengan kemampuan yang ada, memberikan yang terbaik,”harapnya.
Dan satu lagi harapannya sebagai istri dan ibu yang baik, Nur begitu ingin membesarkan anak-anaknya menjadi orang yang berguna. ”Membesarkan anak itu tanggung jawab pertama,”jelasnya. Karena ketiga buah hatinya itulah yang selalu membuatnya ceria menghadapi berbagai persoalan. Termasuk sebagai motivator dan yangmenghiburnya saat ia melaksanakan pendidikannya di Inggris.
Semua itu ia lakukan karena mengembangkan kemampuan dan bakat yang ia punyai. ”Jalani apa yang ada pada kita, jangan terlalu muluk-muluk. Jadi kita bekerja senang dan ikhlas,” prinsipnya.
No comments:
Post a Comment