Thursday, August 30, 2018


Program Hamil

Banyak pertanyaan muncul terkait program kehamilan yang kami jalani setelah update tulisan di blog sebelumnya. Disini aku akan menceritakan program yang kami jalani bersama Dokter Suryo & juga apa yang harus dilakukan perempuan saat mengetahui dirinya hamil.

Program Kehamilan

Hal yang pertama dipersiapkan adalah mental, kesiapan pasangan dan yang sudah pasti dana. Dokter yang tepat juga menjadi hal penting dalam program kehamilan. Setiap pasangan memiliki rencana dalam keluarga kecil masing masing. Ada yang pasrah kapan mau hamil, ada yang langsung program ada pula yang menentukan masa kehamilan.

Mental harus dipersiapkan karena harus siap jika program gagal, belum lagi dengan vitamin dan obat obatan yang harus dikonsumsi terutama perempuan yang biasanya sebareg abreg. Yang terpenting juga harus siap dan mau dengan pemeriksaan yang dilakukan dokter dan laboratorium. Sebagian lelaki gengsi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti cek sperma dan lainnya. Seringkali program hanya menitik beratkan ke perempuan saja.

Nah disini intinya pemilihan dokter yang tepat. Dokter yang baik akan melakukan pengecekan kepada kedua belah pihak laki laki dan perempuan. Karena untuk menghasilkan anak secara medis bukan hanya terletak di tangan perempuan tetapi juga laki laki. Yang terpenting lainnya adalah dokter yang super positif thingking, baik buruk hasilnya harus memberi semangat ke pasien karena program juga bergantung kepada ridho Tuhan Yang Maha Esa, Dokter hanya memberi jalan.
Sudah cukup ceramah, hehehe lanjut ke intinya.

Kenapa harus Program?

Pertama kami memang sengaja menunda kehamilan karena ketidaksiapanku untuk hamil. Begitu menikah, aku harus ke Australia untuk program beasiswa beberapa bulan. Belum lagi aku masih kuliah S2. Pernikahan kami memang lebih banyak dorongan orangtua, karena kondisi Ibuku yang sakit parah dan baru saja sembuh. Rencana pernikahan kami laksanakan tahun 2014 namun maju tahun 2013 November.

Suami menghargai keputusanku ini, aku juga tidak tahu persis sebenarnya dia sudah pengen sekali punya baby atau tidak. Dia orang yang santai, tertutup dan selalu sangat menghargai perempuan. Penundaan memang aku rencanakan dua tahun.

Lalu kami program dan berhasil aku hamil di tahun 2016, hanya sekali pertemuan dengan dokter. Kami memilih Dokter Suryo karena rekomendasi beberapa teman. Dokter Suryo melakukan USG transvaginal saat pemeriksaan. Lalu dia akan memberikan obat, gel pengontrol hormon dan juga vitamin herbal. Itu akan dilakukan pada pasien saat pertemuan pertama. Dan jika anda kekurangan or kelebihan berat badan ia akan menyarankan diet dan akupuntur ke Doktor Phyu istrinya agar peredaran darah lancar.

Untuk biaya di awal Dokter Suryo kalian harus siapkan Rp2000.000, hingga Rp 3.000.000,- itu belum termasuk biaya ke Doktor Phyu. Obat dan vitamin seabreg, bagi aku yang malas minum obat pasti beban banget. Lebih baik disuntik aja deh, tapi obat itu bekal untuk 3 bulan kedepan juga ga bakal habis.

Pertama program aku tak akupuntur langsung hamil, namun keguguran.

Dokter Suryo dengan pasien yang banyak dan waktu berbincang sebentar membuatku tak puas, usai keguguran aku disarankan teman pindah dokter. Akhirnya kami pindah dokter, walau suami ga sreg sebenarnya. Namun ikut istri, teman yang lain juga larang pindah. Tiga kali pertemuan di dokter baru, aku merasa tak yakin. Memang biayanya murah sekitar ratusan ribu. Aku stop dan fokus tesis tahun 2017, masa bodoh dengan program.

Program kami lakukan karena kami ingin saat bayi lahir, kami sudah siap akan segala sesuatunya. Walau tetap selalu ada saja yang mengejutkan tetapi kehadirannya memang sesuai dengan waktu yang kami inginkan. Pro kontra selalu ada, tapi inilah kami. Tak terlalu peduli dengan nyinyiran orang lain.

Ditambah lagi dengan waktu kami berdua yang tak banyak bertemu. Memang harus program. Bayangkan saja suami dalam seminggu bisa terbang keluar kota tiga sampai empat kali, Jawa- Kalimantan belum lagi kadang harus keluar negeri. Aku juga yang harus keluar kota tuk tugas. Kadang dia di rumah aku tak ada atau sebaliknya. Hanya dokter yang bisa mempertemukan kami untuk memiliki baby.

2018 menjadi saat yang tepat menurutku, S2 kelar pekerjaan memang harus dikurangi. Akhirnya kami bersepakat ke Dokter Suryo kembali. Maret 2018 tepatnya kembali, dikasi seabreg obat dan aku memutuskan akupuntur dan program diet dengan Dokter Phyu dan diet ala Dewi Hughes.

Jika tadi aku sudah kasih tahu soal Program Dr Suryo, kali ini aku akan menjelaskan Program Dokter Phyu. Akupuntur dan lainnya aku menghabiskan dana sekitar Rp 7-8 juta. Seminggu dilakukan dua kali di pagi hari, tak lama hanya sejam. Tak juga sakit, jarum jarum kecil sekitar 14-20 jarum yang menjadi rutinitas. Plus minum obat Dokter Suryo menjadi rutinitas walau kadang ada juga yang bolong karena malas.

Diet aku lakukan tidak makan karbo hanya buah, sayur dan banyak juga cheating day nya. Makanan kukus rebus, minyak ganti olive oil, dan Himalayan salt. Sebulan aku turun 6kg. Dan sebulan haid, Mei aku sudah hamil, Alhamdulillah.

Apa yang harus dilakukan saat positif?

Saat melakukan tes kehamilan, garis dua mau pink, pekat, yakinlah anda sudah hamil. Jangan terlalu pusing, takut atau tanya sana sini. Too much information sangat tidak baik. Karena tidka semua orang senang dengan kehamilan anda. Ini saya alami di kehamilan pertama, terlalu bingung stress pendapat ini itu, berakhir tak baik. 

Langkah terbaik tunggu seminggu, langsung usg ke dokter. Membeli buku menjadi hal terbaik menurut karena ibu sudah meninggal. Saat ke dokter anda akan diberi penguat dan vitamin lainnya. Memang tak murah kalau dengan dokter saya kembali harus keluar uang diatas Rp 2-3juta pertama kali hamil, disuntik ini itu. Saya bukan pasien yang cerewet jadi lupa nanya hahaha.

Istirahat dari kantor seminggu, itu yang aku lakukan. Tak perlu tanya ini itu, cukup membaca buku. Dan tak terlalu banyak googling karena info yang berseliweran harus disaring benar.
Aku rasa cukup untuk sesi ini ya… sudah sangat panjang.




Thursday, June 21, 2018

Dia Hadir (Pregnancy Announcement)



"Sampai di Pekanbaru 01 Mei aku test ternyata positif, dan cusss ke Suryo di USG sudah terlihat kantong kehamilan kecil"

Tiga hari kemudian.
Testpack pertama positif, kedua positif, ketiga positif dan keempat positif. Shock lalu nangis, Ay keluar dari kamar mandi. “Kenapa Cha?”. Kehamilan kedua, anak pertama istilah perawat di klinik Obgyn langgananku. 

Banyak yang selalu bertanya “Kapan hamil, program, santai banget?”. Ada lagi yang lebih lucu lagi “Kalian ga pengen punya anak ya, pacaran terus. Kerja terus kapan punya anaknya?” Pertanyaan yang suka berkomentar urusan pribadi oranglain. Terkadang komen seperti lebih ahli dari dokter Obgyn. Aku sih cuek.
Namun pertanyaan begini terkadang menyakiti beberapa perempuan yang sensitif. Aku melihat dari beberapa teman yang belum memiliki momongan mengeluh di media sosial. Terkadang yang memberi masukan atau apalah namanya orang yang tidak kita anggap penting. Kawan-kawan mungkin kalau tak nyaman bisa langsung bilang “IT’S NOT YOUR BUSSINESS!!!”
Beberapa pasangan mungkin tersinggung dengan pertanyaan begitu, kami tepatnya aku sebenarnya tidak terlalu peduli. “Kami bahagia berdua, jika ditambah dengan seorang baby kami juga pasti bahagia. Karena dalam segala hal, aku selalu memiliki rencana begitupula dalam hidup berumahtangga. Dan Tuhan yang memberi restu. Dan Alhamdulillah punya keluarga yang tidak rese, mertua aman aja, Papa n Mama memberi masukan dan tidak ada desakan.
Sebelum menikah kami pacaran cukup lama hampir 9 tahun. Sebelum menikah aku sudah memberitahukan riwayat kesehatan dan orangtua. Kami membahas segala kemungkinan terburuk dalam rumahtangga termasuk “Gimana kalau aku tak bisa memberi anak?”. Semua itu kami bahas sebelum menikah, dan aku juga periksa kesehatan bahwa semua dalam kondisi normal.
Dua tahun diawal pernikahan kami sepakat untuk tidak memiliki momongan. Ya pasti mendapat pertentangan dengan banyak orang. Tapi itulah rencana kami, tepatnya aku. Aku merasa belum siap memiliki seorang anak kala itu sangat sibuk dengan urusan kuliah dan kerja. Dan hal ini kuberitahukan ke keluargaku, namun untuk urusan ke Mertua aku serahkan kepada suami untuk menghandlenya. Dan memang mereka tka pernah mengganggu kami dalam bentuk apapun. Mertua sangat support. Kebetulan aku bukan perempuan yang biasa, curhat ke Ibu dan Mertua. Segala sesuatu kami obrolkan berdua. 
Dua tahun berlalu, kami mencoba memulai program baby, tepatnya tahun 2016 Mei, dan dua bulan berikutnya aku hamil di bulan Juli namun keguguran karena terlalu stress sebulan pasca meninggalnya ibuku.
Tahun 2017 menjadi tahun yang semakin banyak pertanyaan bagi beberapa kalangan. Termasuk keluarga inti, Papa mulai memberikan resep Cina. Ya ampun ini kali pertama dan terakhir aku mencoba obat tradisional. Pahitnya minta ampun sampai muntah muntah. Tapi karena orangtua minta aku tak bisa menolak.
Kerja kerja kerja
Ini bukan jargon Pak Jokowi, hihihi. Tapi inilah yang menurut sebagian orang kami fokuskan, bertumpuknya pekerjaan sehingga kami hampir tak pernah bertemu di rumah. Seminggu hanya sekitar dua sampai tiga hari Ay di rumah atau aku yang terbang.
“Kapan ketemu coba?” kata sebagian orang.
Mungkin ada benarnya, tapi kok kenapa ya aku selalu berfikir rezeki anak itu Tuhan yang atur. Tuhan akan kasih kapan Dia mau kasih, ya tetap kita usaha juga. Tapi kalau Tuhan belum kasih mau gulat tiga kali sehari juga ya tetap belum dapat anak juga, hahaha.
Kalau dulu berfikiran ga mau punya suami Polisi, ogah ditinggal pergi tugas kayak Mak ku eh malah tambah parah yang dapatnya, jam terbang suami parah abis. Dia bisa terbang seminggu tiga sampai empat kali, weekend juga kadang dibabat abis. Kalau aku paling seminggu dua atau tiga hari di luar kota, yang parah kalau pas dia datang aku pergi.  
Dokter
Yang namanya dokter itu ya menurutku cocok-cocokan. Pertama kali aku ke Dokter Suryo tuk program dan berhasil, namun saat keguguran aku pindah Dokter atas saran beberapa kawan. Namun aku merasa tidak dapat feel di dokter satunya. Sempat program tiga kali pertemuan tahun 2017, setelahnya kuhentikan.
Kita stop dulu aku mau fokus siapkan Tesis aja, nantilah program hamil, aku bilang ke suami. Akupun fokus Tesis yang sudah lama tak dikerjakan, akhirnya selesai bulan September 2017. Masa bodoh sampai Februari 2018 hahaha.
Lalu kami kembali ke Dokter Suryo Buwono Maret 2018. Aku merasa ini sudah waktunya memiliki baby yang lucu. Kuliah S2 selesai, kerja istirahat sebentar setelah kerja keras tiga tahun belakangan.
Sebelum menikah aku sudah pernah ke Obgyn dan kondisi kandungan tidak memiliki masalah. Di Dokter A.. hasil pemeriksaan ini itu “semua sangat bagus cuma anda belum beruntung.” Itu katanya. Dokter Suryo dia mengatakan yang sama, semua dalam kondisi baik. Dokter Suryo termasuk yang agak cerewet dan suka bikin kuping panas. Tapi begitulah harusnya seorang dokter. Dia memberikan obat dan herbal ampun banyak memang. Saat Maret kami ke Suryo aku disuruh akupuntur, agar peredaran darah dan lebih kurus menyambut kehamilan.
Aku juga memang sedang diet metode ala Hughes, dan Dr Phyu dokter akupunturku menyetujui program diet itu. Sudah sampai pertemuan ke 6, dua kali seminggu akupuntur. Tak terlalu sakit setelahnya rada biru. Kami belum memulai program hamil karena aku sedang akupuntur.

Best Birthday’s present ever


Akhir April aku ada tugas ke Padang sekaligus liburan bareng anak magang, perpisahan. Seharusnya jadwal datang bulan, aku mendapatkan flek, beli pembalut tapi kok g ada yang keluar. Aku mulai curiga. Akhirnya bergerak seadanya selama liburan. Sampai di Pekanbaru 01 Mei aku test ternyata positif, dan cusss ke Suryo di USG sudah terlihat kantong kehamilan kecil.
Kami Cuma diam terpesona, bingung nanya apa..

NB: Jika banyak yang meminta aku akan membuat sesi program kehamilan. 

Friday, November 25, 2016

Jalan jalan dari Pekanbaru ke Tanjung Pinang


Seperti apakah Kota Tanjung Pinang itu, pertanyaan besar di hati. Ay__suamiku__ selalu bercerita soal asyiknya tinggal di Kota itu. Ia pernah tinggal lumayan lama disana, ia bersekolah SMP dan SMA kelas satu di Tanjung Pinang. Tapi sekalipun aku tak pernah menginjakkan kaki disana. Rada miris, tapi yah begitu dia tak pernah mengajak dna setiap kuajak ia tak pernah mengiyakan tuk berkunjung kesana. Dosa masa lalu terlalu banyak tersimpan disana kali, kekekek. Kita sudahi menggosip tentang dia. 

Tanjung Pinang merupakan Ibukota dari Propinsi Kepulauan Riau. Ia terletak di koordinat 0º5' lintang utara dan 104º27' bujur timur, tepatnya di Pulau Bintan, luas wilayahnya 848km. Itu kata mbah google di wikipedia. Kita iyain aja yah. 

Searching sana sini ga nemu data yang lengkap, naik apa yah kesana dari Pekanbaru?. Nanya teman ternyata alternatifnya naik kapal ferry atau naik pesawat dulu ke Batam sambung by ferry ke Tanjung Pinang. Subhanallah rempong yak. Perasaan tetangga deh, dulu juga satu daerah kok seribet itu transportasinya. Tolong donk pemerintah daerah dipikirin. Masak semuanya apa apa ke Jakarta terus. Indonesia bukan Jakarta aja loh, Sumatera juga Indonesia, hellow!!!. 

Pelabuhan Tanjung Pinang 
Akhirnya memutuskan menggunakan pesawat ke Batam lalu lanjut by ferry. Keberangkatan siang pukul 12:05 menggunakan Citilink menuju Batam. Di hari kerja Senin (14/12) beda banget isi penumpang pesawat semuanya eksekutif, aku duduk di 1C dan lagi lagi aku tak ngeh soal wajah. Disampingku duduk orang tajir se Pekanbaru, asistennya sibuk nanyain kursi aku ke flight attendant aku cuek aja. Sampai turun baru ngeh. Dasar penyakit. Selebihnya orang tua yang akan berobat dipandu oleh saudara, istri atau suaminya. 


Sampai di Batam, Hang Nadim aku menggunakan Taksi. Taksi dari Bandara ke Pelabuhan 150k. Kita harus membayar Rp 5000,- charge bandara lalu membayar sesuai perjalanan dan membayar lagi Rp 15.000,- ke Pelabuhan Telaga Punggur untuk melanjutkan perjalanan by ferry ke tanjung Pinang. 


Pemandangan di Pelabuhan Batam

Baiknya pakai koper atau tas apa?
Aku bertanya tanya pakai koper atau sling bag gede atua ransel yah. Setelah konsultasi dengan teman yang tinggal disana mereka menyarankan menggunakan sling bag dan ransel. Aku menggunakan slingbag Reebok sekitar fit untuk 4 baju dan ransel kecil. 

Ini kuamini saja, karena takutnya jalanan di Pelabuhan tak memadai sehingga membuat aku repot mengangkat koper sana-sini. Dan aku salah, ternyata jalanan menuju kapal bagus, dan cukup lumayan panjang sehingga bawa slingbag malah buat repot dan sakit punggung. Asem. 

Mau gimana lagi tak ada review jelas tentang hal ini. 

Akhirnya sampai pelabuhan dan total yang harus dibayarkan sekitar Rp 100.000,- itu sudah termasuk charge Rp15.000,-. Tiket menuju Tanjung Pinang kita bisa menggunakan memilih: Baruna harga tiket Rp 58.000,- dan Oceana Rp 62.000. Dengan harga yang tak jauh beda, namun fasilitasnya lumayan jauh beda. pergi kami menggunakan Baruan dan saat balik menggunakan Oceana. Aku saranin sih Oceana. Keduanya dilengkapi pendingin ruangan yang super duper dingin, namun Oceana lebih maksimal dalam hal pelampung. tersedian di lokasi yang tepat, banyak serta bersih. Rada seram kan karena penyebrangan 1jam yang dilewati selat dan laut gede, goncangannya juga lumayan. Sekitar 1 jam tiba dan kami dijemput oleh supir hotel. Kami menginap di Pelangi Hotel



.
Pelangi Hotel Tanjung Pinang

Lokasinya di Batu enam, aku sengaja tak foto, karena kurang begitu sreg dengan bangunannya. Kelebihan hotel ini kita ajakn diantar jemput kemana saja saat mobil stay. dan bisa menunggu dan buat janji dengan recepsionist mengenai jadwal penggunaan mobil. 

Namun dari segi fasilitas kamar tidak banget, tempat tidurnya sudah tua sangat, kamar mandi tidak terlalu bersih. Dan sarapan yang sangat tidak memadai dari segi rasa dan pilihan. Menginap disini juga tidak murah dengan fasilitas seadanya begitu kita harus membayar hampir Rp 500.000,-/night. 

Bintan Hotel Resort
Sekali kami pindah ke hotel ini, pemandangannya sangat bagus berada di tepi laut dengan taman yang sangat luas dan harga murah 300-400k. Kasur dan kamar mandi oke, cuma rada bau apek. Tapi lokasinya lumayan jauh dari kota jika tidak memiliki kendaraan akan repot. Dan yang sangat mengecewakan adalah sarapan pagi yang sangat buruk, nasi goreng tak berasa, piring tampak berdebu. Selai dan gula berantakan, saya putuskan mengambil teh yang akhirnya tak tersentuh. 
Pemandangan dari Kamar Hotel


Wisata di Kota Tanjung Pinang

Karena jalannya sembari kerja jadilah jalan jalan minimalis. Aku hanya bisa berjalan di tengah kota tidak sempat menyebrang ke daerah yang katanya banyak tempat bagus seperti Lagoi dan lainnya. 

1. Makan di tepi laut

Makan di tepi laut aku jabanin malam hari, pengen merasakan semilir angin laut, deburan ombak di tepi pantai. Tapi kenyataannya tak seindah khayalan. Lautnya ga kelihatan dan g ada angin dan pantai. Kita hanya bisa dihibur dengan ikan yang super duper fresh harganya juga murah. Ikan kakap harganya per ekor Rp 40.000,-. Dan menikmati sepiring gonggong Rp 30.000,-. Banyak tempat makan seafood yang enak mulai dari yang murah dan yang mahal. Steam ikan juga wajib coba, dan udang nestum. Sayang keasyikan makan jadi ga kefoto. 


Gonggong

Kakap Bakar

Sup Ikan



2. Pasar Tanjung Pinang
Diantar supir hotel akhirnya aku pergi kepasar bebruru oleh oleh. Banyak beragam ikan asin dan ikan teri. Tapi ya mau beli alergi ikan asin, beli ikan teri aja dan kerupuk atom. Banyak yang tak ditemui di tempat lain, sirip hiu dan beragam ikan yang diawetkan.  













3. Seafood Kandang Lembu
Aku rada lupa nih namanya, tapai kalau ga salah kandang lembu.Tempat banyak banget menjual makanan seafood. Tapi harus hati hati karena ada juga yang non halal. Beraneka ragam jenis seafood dan jajanan  disini harga pun terjangkau. Tapi rasanya tak senikmat di tepi laut. Bahkan bisa dikatakan jauh sekali lebih buruk 

Tiga hari dua malam di Kota ini memberi kesan harus balik lagi, pertama kesannya Begini Aja ya. Tapi rasanya nyaman kutemui karena berada di Kota yang tak terlalu ramai, aman penduduk sangat ramah jika kita bertanya. Kesannya jika dikelola dengan baik ini kota bisa menjadi Santorini Indonesia. Karena kondisinya yang berbukit bukit dan di tepi laut. Mungkin harus lebih banyak yang dijelajahi dan di eksplore. Aku akan datang lagi, dan lebih banyak menulis tentang Kota ini. 

4. Pulau Penyengat 
Pulau penyengat terkenal dengan Masjid Raya Sultan Riau yang dahulu dicat dari kuning telur. Tak hanay itu Raja Ali Haji yang merupakan Pahlawan Nasional yang membuat Gurindam Dua Belas dimakamkan di Pulau ini. Sejarah Melayu Riau dapat dilihat disini dari makam dan beberapa peninggalannya berupa benteng yang masih kokoh berdiri. Di Masjid dilarang mengambil gambar tetapi kami diijinkan oleh Gharim mesjid. 
Kata penjaga Makam Putri Hamidah pulau ini merupakan mahar dari Sultan untuk Putri. 

Masyarakat sangat menjaga kebersihan tak nampak sampah jika kita menelusuri kota ini. Kita bisa menyewa becak keliling kota membayar Rp 30.000. 

Untuk pergi kesana kita haru menyebrang dari Tanjung pinang membayar Rp 7000,00 jika penumpang telah berjumlah 15 maka siap berangkat. Atau dengan menyewa kapal Rp 100.000,-. Tak perlu menyewa, karena setiap 20 menit ada kapal yang berangkat. 


Membayar Roro penyebrangan Pulau Penyengat





Mesjid Pulau Penyengat

Pemandangan depan Mesjid 

Tempat berdiskusi di depan Mesjid

Tempat berwudhu

Jendela Mesjid tebalnya 1meter

Tiang Mesjid












Pemilik Pulau Penyengat 


Makam Raja Ali Haji di luar makam Engku Putri/Raja Hamidah


Jalanan di sekitar pulau






Sumur yang berusia ratusan tahun, berada di tepi laut tetapi tetap tawar



Teman di Tanjung Pinang : Alam, Zainal, Darwin, Bhilly dan maaf selalu lupa nama



Kalau ke Tanjung Pinang kalian harus ke Lagoi, karena tempatnya kece badai, namun waktu yang sempit tak memungkinkan kesana. Ya mungkin lain kali ya, bareng suami